Teori Analitik Jung
Bab 1
Pembahasan
A. Teori Kepribadian Psikologi
Analitis : Carl Gustav Jung
Teori kepribadian dengan
pendekatan psikologi analitis dikembangkan oleh Carl Gustav Jung. Beliau diakui
sebagai salah satu ahli psikologi yang terkemuka abad XX. Selama 60 tahun, ia
mengabdikan dirinya dengan penuh kesungguhan untuk menganalisis proses
kepribadian manusia yang sangat luas dan dalam.
Carl Gustav Jung lahir pada
tanggal 26 Juli 1875 di Kesswil, suatu kota di kawasan Lake Constance di Canton
Thurgau, Swiss. Ayahnya adalah seirang pendeta pada Gereja Reformasi Swiss.
Jung belajar di Universitas Basel dalam ilmu kedokteran. Setelah mendapat gelar
dokter, ia menjadi assiten di Rumah Sakit Jiwa di Burgholze, Zurich, dan Klinik
Psikiatri Zurich. Dia terus memperdalam ilmu psikologi dan bekerja sama dengan
Eugen Bleuler, psikiater terkenal yang mengembangkan konsep skizofrenia. Pada
tahun 1909, dia melepaskan pekerjaannya di Rumah Sakit Jiwa Burgholze, Zurich.
Carl Gustav Jung sangat terkesan
oleh ide-ide Freud yang dibacanya dari buku yang berjudul Interpretation of dream. Pada tahun 1909 mereka mengadakan perjalanan bersama ke
Universitas Clark di Worchester, Massachusetts. Mereka diundang untuk menyampaikan
serangkaian ceramah pada perayaan 20 tahun berdirinya universitas tersebut.
Pada tahun 1910 dengan dukungan dari Freud, Carl Gustav Jung menjadi ketua
Asosiasi Psikoanalitik Internasional.
Hubungan Carl Gustav Jung
dengan Freud tiga tahun kemudian mulai dingin. Pada tahun 1913 mereka
mengakhiri hubungan kerja sama dalam pekerjaan. Dalam tahun yang sama, Jung
juga melepaskan jabatan lektor dalam psikiatri pada Universitas Zurich.
Keeretakan hubungan mereka di picu oleh perbedaan yang sangat prinsip dalam hal
kepribadian dan pandangan intelektualnya. Jung menolak panseksualisme dan
metode psikoterapinya sendiri yang menjadi terkenal sebagai psikologi analitik.
Dalam memandang manusia, Jung
menggabungkan pandangan teleology dan kasualitas. Dia memandang bahwa tingkah
laku manusia itu ditentukan tidak hanya oleh sejarah individu rasi
(kausalitas), tetapi juga oleh tujuan dan aspirasi individu (teleologi).
Menurut Jung, masa lampau individu sebagai akualitas maupun masa depan individu
sebagai potensialitas sama-sama membimbing tingkah laku individu (orang).
Pandangan Jung tentang
kepribadian adalah prospektif dan retrospektif. Prospektif dalam arti bahwa ia
melihat kepribadian itu ke masa depan ke arah garis perkembangan sang pribadi
di masa depan dan restrospektif dalam arti bahwa ia memperhatikan masa lampau
sang pribadi. Orang hidup dibimbing oleh tujuan maupun sebab. Jung menekankan
pada peranan tujuan dalam perkembangan manusia. Pandangan inilah yang
membedakan Jung dengan Freud. Bagi Freud, dalam hidup ini hanya pada pengulangan
yang tak habis-habisnya atas tema-tema insting sampai ajal menjelang. Bagi
Jung, dalam hidup ini ada perkembangan yang konstan dan sering kali kreatif,
pencarian ke arah yang lebih sempurna serta kerinduan untuk lahir kembali.
Jung menyelidiki sejarah manusia
untuk mengungkap tentang asal ras dan evolusi kepribadian. Ia meneliti
mitologi, agama, lambing, upacara kuno, adat istiadat, kepercayaan manusia
primitive, mimpi, penglihatan, simtom orang neurotic, halusinasi dan delusi
para penderita psikosis dalam mencari akar dan perkembangan kepribadian
manusia.
Pada tahun 1944 Jurusan
Psikologi Kedokteran pada Universitas Basel dibuka khusus untuk menghormati
Jung. Beliau menjadi ketua di jurusan tersebut, namun karena kesehatannya terus
memburuk beliau berhenti dari jabatan tersebut. Pada tanggal 6 Juni 1961 Jung
meninggal di Zurich dalam usia 85 tahun. Pada tahun kematian Jung diterbitkanlah
otobiografi: Memories, dream, reflection (1961)
B. Struktur Kepribadian
Kepribadian atau psyche adalah
mencakup keseluruhan pikiran,perasaan dan tingkah laku,kesadaran,dan ketidak
sadaran. Kepribadian membimbing orang untuk untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan social dan lingkungan fisik. Sejak awal kehidupan, kepribadian
adalah kesatuan atau berpotensi membentuk kesatuan. ketika mengembangkan
kepribadian, orang harus berusaha mempertahankan kesatuan dan harmoni antar
semua elemen kepribadian.
Kepribadian di susun oleh
sejumlah sistem yang beroperasi dalam tiga tingkat kesadaran; ego beroperasi
pada tingkat sadar, kompleks beroperasi pada tingkat sadar pribadi, dan arsetip
beroperasi pada tingkat taksadar kolektif. Di samping sistem-sistem yang
terkait dengan daerah operasinya masing-masing, terdapat sikap
(introvers-ektravers) dan fungsi (fikiran-perasaan-persepsi-intuisi) yang
beroperasi pada semua tingkat kesadaran. Juga ada self yang menjadi pusat dari
seluruh kepribadian.
·
Kesadaran (consciousness) dan Ego
Kesadaran (consciousness)
muncul pada awal kehidupan, bahkan mungkin sebelum di lahirkan. Secara berangsur
kesadaran bayi yang umum-kasar, menjadi semakin spesifik ketika bayi itu mulai
mengenal manusia dan obyek sekitarnya. Menurut jung, hasil pertama dari proses
diferensiasi kesadaran itu adalah ego. Sebagai organisasi kesadaran, ego
berperan penting dalam menentukan persepsi fikiran, perasaan dan ingatan yang
bisa masuk kesadaran. Tanpa seleksi ego, jiwa manusia bisa menjadi kacau karena
terbanjiri oleh pengalaman yang semua bebas masuk ke kesadaran. Dengan
menyaring pengalaman, ego berusaha memelihara keutuhan dalam kepribadian dan
memberi orang perasaan kontinuitas dan identitas.
Ego adalah jiwa sadar yang
terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran, perasaan sadar manusia. Ego melahirkan
perasaan identitas dan kontinuitas seseorang. Dari segi pandangan sang pribadi
ego dipandang berada pada dimansi kesadaran.
Dimensi kesadaran manusia mempunyai
dua komponen pokok, yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa, yang masing-masing
mempunyai peranan penting dalam orientasi manusia dalam dunianya. Fungsi jiwa
ialah suatu bentuk aktivitas kejiwaaan yang secara teori tidak berubah dalam
lingkungan yang berbeda-beda. Jung membedakan empat fungsi jiwa yang pokok
yaitu pikiran, perasaan, pendirian, dan intuisi. Pikiran dan perasaan adalah
fungsi jiwa yang rasional. Dalam fungsinya, pikiran dan perasaan bekerja dengan
dengan penilain. Pikiran menilai atas dasar benar dan salah. Adapun perasaan
menilai atas dasar menyenangkan dan tidak menyenangkan. Kedua fungsi jiwa yang
irasional yaitu pendirian dan intuisi tidak memberikan penilaian, melainkan
hanya semata-mata pengamatan. Pendriaaan mendapatkan pengamatan dengan sadar
melalui indra. Adapun intuisi mendapat pengamatan secara tidak sadar melalui
naluri.
·
Tak sadar Pribadi (personal unconscious) dan kompleks (complexes)
Ketidaksadaran pribadi adalah
daerah yang berdekatan dengan ego. Ketidak sadaran pribadi terdiri dari
pengalaman-pengalaman yang pernah sadar tetapi kemudian di represikan, disupresikan,
di lupakan atau di abaikan serta pengalaman-pengalaman yang terlalu lemah untuk
menciptakan kesan sadar pada sang pribadi.
Pengalaman yang tidak di
setujui ego untuk muncul ke sadar tidak hilang, tetapi di simpan di simpan dalam
personal unconscious, sehingga taksadar pribadi berisi pengalaman yang di
tekan, di lupakan, dan yang gagal menimbulkan kesan sadar. Bagian terbesar dari
isi tak sadar pribadi mudah di munculkan kesadaran, yakni ingatan siap yang
sewaktu-waktu dapat di munculkan kesadaran.
Kompleks adalah kelompok yang
terorganisasi atau konstelasi perasaan-perasaan, pikiran-pikiran, persepsi-persepsi,
dan ingatan-ingatan yang terdapat dalam ketidak sadaran pribadi. Komplek
memiliki yang bertidak seperti magnet menarik atau mengkonstelasikan berbagai
pengalaman ke arahnya.
·
Tak sadar kolektif (collective unconscious)
Konsep ketidak sadaran kolektif
atau tramspersonal merupakan salah satu di antara segi-segi teori
kepribadian jung yang paling original dan kontroversial. Ia merupakan sistem
psikhe yang paling kuat dan paling berpengaruh, dan pada kasus-kasus patologi
ia mengungguli ego serta ketidaksadaran pribadi.
Ketidaksadaran kolektif adalah
gudang bekas-bekas ingatan laten yang diwariskan dari masa lampau leluhur
seseorang, masa lampau yang meliputi tidak hanya sejarah ras manusia sebagai
suatu spesies tersendiri tetapi juga leluhur pramanusiawi atau nenek moyang
binatangnya. Ketidaksadaran kolektif adalah sisa psikik perkembangan evolusi
manusia, sisa yang menumpuk sebagai akibat dari pengalaman-pengalaman yang
berulang selama banyak generasi. Semua manusia kurang lebih memiliki
ketidaksadaran kolektif yang sama. Jung menghubungkan sifat universal
ketidaksadaran kolektif itu dengan kesamaan stuktur otak pada semua ras manusia
dan kesamaan ini sendiri disebabkan oleh evolusi umum.
Ketidaksadaran kolektif
mengandung isi-isi yang diperoleh selama pertumbuhan jiwa seluruhnya, yaitu
pertumbuhan jiwa seluruh jenis manusia, melalui generasi yang terdahulu. Ini
merupakan endapan cara-cara reaksi kemanusiaan yang khas semenjak zaman dahulu
di dalam manusia menghadapi situasi-situasi ketakutan, bahaya, perjuangan,
kelahiran, kematian, dan sebagainya. Daerah yang paling atas langsung di bawah
ketidaksadaran pribadi berisikan emosi-emosi dan efek-efek serta
dorongan-dorongan primitif; apabila isi-isi ini manifest orang masih dapat
mengontrolnya.
Daerah di bawahnya lagi
berisikan “invasi”. Yaitu erupsi dari bagian terdalam daripada ketidaksadaran
serta hal-hal yang sama sekali tak dapat dibuat sadar, manifestasi dari hal-hal
ini dialami oleh individu sebagai sesuatu yang asing. Jung sendiri merumuskan
ketidaksadaran kolektif itu sebagai suatu warisan kejiwaan yang besar daripada
perkembangan kemanusiaan, yang terlahir kembali dalam struktur tiap-tiap
individu, dan membandingkannya dengan apa yang disebut oleh Levy Bruhl
tanggapan mistik kolektif (representations collectives) orang-orang primitive.
Ketidaksadarn adalah tidak
disadari, lalu bagaimana orang (kesadaran) dapat mengenalnya atau
mengetahuinya. Pengetahuan mengenai ketidaksadaran itu di peroleh secara tidak
langsung, yaitu melalui manifestasi daripada isi-isi ketidaksadaran itu. Manifestasi
ketidaksadaran itu dapat berbentuk symptom dan kompleks, mimpi, archetypes.
·
Arkhetipe-Arkhetipe
Arkhetipe adalah suatu bentuk
pikiran (ide) universal yang mengandung unsur emosi
yang besar. Bentuk pikiran ini
menciptakan gambaran-gambaran atau visi-visi yang
dalam kehidupan sadar normal
berkaitan dengan aspek tertentu dari situasi.
·
Persona
Persona adalah topeng yang
dipakai sang pribadi sebagai respon terhadap tuntutan
tuntutan kebiasaan dan tradisi
masyarakat, serta terhadap kebutuhan-kebutuhan
arkhetipal sendiri(Jung,1945).
Tujuan topeng adalah untuk menciptakan kesan
tertentu pada orang-orang lain
dan sering kali, meski tidak selalu, ia
menyembunyikan hakikat sang
pribadi yang sebenarnya.
·
Anima dan animus
Manusia pada hakikatnya
merupakan makhluk biseksual. Pada tingkat fisiologis,
laki-laki mengeluarkan hormon
seks laki-laki maupun perempuan, demikian juga
wanita. Pada tingkat
psikologis, sifat-sifat maskulin dan feminin terdapat pada kedua
jenis. Jung mengaitkan sisi
feminine kepribadian pria dan sisi maskulin kepribadian
wanita dengan
arkhetipe-arkhetipe. Arkhetipe fenimin pada pria disebut anima,
arkhetipe maskulin pada wanita
disebut animus (Jung,1945,1945b).
·
Bayang-bayang
Bayang-bayang mencerminkan sisi
binatang pada kodrat manusia. Sebagai arkhetipe,
bayang-bayang melahirkan dalam
diri kita konsepsi tentang dosa asal; apabila
bayang-bayang diproyeksikan
keluar maka ia menjadi iblis atau musuh.
·
Diri (Self)
Arkhetipe yang mencerminkan perjuangan
manusia kearah kesatuan (Wilhelm dan
Jung 1931). Diri adalah titk
pusat kepribadian, disekitar mana semua sistem lain
terkonstelasikan. Ia
mempersatukan sistem-sistem ini dan memberikan kepribadian
dengan kesatuan, keseimbangan
dan kestabilan pada kepribadian.
Sikap
Jung membedakan dua sikap atau orientasi utama kepribadian, yakni
sikap ekstraversi dan sikap introversi. Sikap ektraversi mengarah sang pribadi
ke dunia luar, dunia objetif; sikap introversi mengarahkan orang ke dunia
dalam, dunia subjektif (1921). Kedua sikap yang berlawanan ini ada dalam
kepribadian tetapi biasanya salah satu diantaranya dominan dan sadar. Apabila
ego lebih bersifat ekstavert dalam relasinya dengan dunia, maka ketidaksadaran
pribadinya akan bersifat introvert.
Fungsi
Ada empat
fungsi psikologis fundamental:
a.
Pikiran, Berpikir melibatkan ide-ide dan intelek. Dengan berpikir manusia
berusaha memahami hakikat manusia dan dirinya sendiri.
b.
Perasaan adalah fungsi evaluasi; Ia adalah nilai benda-benda, entah
bersifat positif maupun negatif, bagi subjek. Fungsi perasaan memberikan kepada
manusia pengalaman-pengalaman subjektifnya tentang kenikmatan dan rasa sakit,
amarah, ketakutan, kesedihan, kegembiraan dan cinta.
c.
Pendirian adalah fungsi perceptual atau fungsi kenyataan. Ia menghasilkan
fakta-fakta konkret atau bentuk-bentuk representasi dunia.
d.
Intuisi adalah persepsi melalui proses-proses tak sadar dan isi di
bawah ambang kesadaran. Orang yang intuitif melampaui fakta-fakta,
perasaan-perasaan dan ide-ide dalam mencari hakikat kenyataan. Pikiran dan
perasaan disebut fungsi rasio karena mereka memakai akal, penilaian, abstraksi
dan generalisasi. Mereka memungkinkan manusia menemukan hukum-hukum dalam alam
semesta. Pendirian dan intuisi dipandang sebagai fungsi irrasional karena mereka
didasarkan pada persepsi tentang hal-hal yang konkret, khusus dan aksidental.
Biasanya salah satu diantara
keempat fungsi itu berkembang jauh melampaui ketiga lainnya, dan memainkan
peranan yang lebih menonjol dalam kesadaran. Ini disebut fungsi superior. Salah
satu dari ketiga fungsi lainnya biasanya bertindak sebagai pelengkap terhadap
fungsi superior. Apabila fungsi kerja superior terhambat maka secara otomatis
fungsi pelengkap menggantikan fungsi superior. Fungsi yang paling kurang
berkembang dari keempat fungsi itu disebut fungsi inferior. Fungsi itu
direpresikan dan menjadi tidak sadar. Fungsi inferior mengungkapkan diri dalam
mimpi-mimpi dan fantasi-fantasi. Fungsi inferior itu juga memilki fungsi
pelengkap.
C. Tipologi
Jung
Dengan mendasarkan pada dua
komponen pokok daripada kesadaran itu, sampailah Jung pada empat kali dua atau
delapan tipe, empat tipe ekstravers dan empat lagi introvers. Dalam membuat
penyandraan mengenai tipe-tipe tersebut selalu di kupasnya juga kehidupan alam
tak sadar, yang baginya merupakan realita yang sama pentingnya dengan kehidupan
alam sadar. Kehidupan alam tak sadar itu berlawanan dengan kehidupan alam
sadar, jadi orang yang kesadarannya ber-tipe pemikir, maka ketidaksadarannya
adalah perasa, orang yang kesadarannya ekstravers ketidaksadarannya bersifat
introvers, begitu selanjutnya.
Dengan
pembicara ini, teranglah kiranya tipologi Jung itu, yang dapat diikhtisarkan
sebagai label berikut :
Sikap Jiwa
|
Fungsi Jiwa
|
Tipe Kepribadian
|
Ketidaksadarannya
|
Ekstravers
|
Pikiran
Perasa
Pendiriaan
Intuisi
|
Pikiran-ekstravers
Perasa-ekstravers
Pendiriaan-kstravers
Intuisi-ekstravers
|
Perasa introvers
Pemikir introvers
Intuitif introvers
Pendirian introvers
|
Introvers
|
Pikiran
Perasa
Pendiriaan
Intuisi
|
Pikiran-introvers
Perasa-introvers
Pendiriaan-introvers
Intuisi-introvers
|
Perasa ekstravers
Pemikir ekstravers
Intuitif ekstravers
Pendirian ekstravers
|
Tentu
saja perlu diingat bahwa tipe-tipe yang murni seperti digambarkan diatas itu
jarang sekali terdapat dalam kenyataan. Variasi tipe-tipe tersebut dalam
kenyataannya lebih banyak daripada yang digambarkan itu; disamping tipe-tipe
pokok tersebut dapat kita ketemukan tipe-tipe campuran.
D. Interaksi di Antara Sistem-Sistem Kepribadian
Berbagai sistem dan sikap serta fungsi yang hendak membangun
seluruh kepribadian
saling berinteraksi dengan tiga cara yang berbeda.
·
Salah satu sistem bisa mengkompensasikan kelemahan sistem
lain,
Kompensasi bisa dijelaskan
dengan interaksi antara sikap dan ektraversi dan introversi yang berlawanan.
Apabila ektraversi merupakan sikap ego sadar yang dominan atau superior maka
ketidaksadaran akan melakukan kompensasi dengan mengembangkan sikap intoversi
yang direpresikan. Kompensasi juga terjadi antar fungsi. Seseorang yang menekankan
pikiran dan persaan dalam kesadarannya akan menjadi intuitif, dan bertipe
pendirian secara tak sadar. Demikian juga, ego dan anima pada seorang pria
serta animus pada seorang wanita melahirkan hubungan kompensatorik satu sama
lain. Ego pria normal adalah maskulin sedangkan anima adalah feminine dan ego
wanita yang normal adalah feminin sedangkan animus maskulin. Pada umumnya,
semua isi kesadaran dikompensasikan oleh isi-isi ketidaksadaran. Prinsip
kompensasi memberikan semacam ekuilibrium atau keseimbangan antara unsur-unsur
yang saling bertentangan sehingga mencegah psikhe menjadi tidak seimbang secara
neurotis.
·
Salah satu sistem bisa menentang sistem lain,
Pertentangan terdapat
dimana-mana dalam kepribadian; antara ego dan bayang-bayang, antara ego dan
ketidaksadaran pribadi, antara persona dan anima atau animus, antara persona
dan ketidaksadaran pribadi, antara kolektif dan ego, serta antara
ketidaksadaran kolektif dan persona. Introversi bertentangan dan ekstraversi,
pikiran bertentangan dengan perasaan,dan pendirian bertentangan dengan intuisi.
Ego adalah seperti bola bulu tangkis yang dipukul bolak-balik antara
tuntutan-tuntutan luar dari masyarakat dan tuntutan-tuntutan batin dari
ketidaksadaran kolektif. Sebagai akibat dari pertarungan ini berkembanglah
persona atau topeng. Persona kemudian diserang oleh arkhetipe-arkhetipe lain
dalam ketidaksadaran kolektif.
·
Dua sistem atau lebih bisa bersatu membentuk sintesis.
Kesatuan dari yang berlawanan
tercapai lewat apa yang oleh Jung disebut fungsi transenden. Bekerjanya fungsi
ini menghasilkan sintesis antara sistem-sistem yang bertentangan dan membentuk
kepribadian yang seimbang dan terintegrasi. Pusat dari kepribadian yang
terintegrasi ini adalah diri (self).
E. Dinamika
Kepribadian
1. Energi Psikis
Energi yang menjalankan fungsi
kepribadian disebut energi psikis(Jung,1948b). Energi psikis merupakan
menifestasi energi kehidupan, yakni energi organisme sebagai sistem biologis.
Energi psikis lahir seperti semua energi vital lain, yakni dari proses-proses
metabolik tubuh. Energi psikis terungkap sacara konkret dalam bentuk daya-daya
actual atau potensial. Keinginan, kemauan, perasaan, perhatian, dan perjuangan
adalah contoh-contoh daya aktual dalam kepribadian; disposisi, bakat,
kecenderungan, kehendak hati, dan sikap adalah contoh-contoh daya potensial.
·
Nilai-Nilai Psikis.
Jumlah energi psikis yang
tertanam dalam salah satu unsur kepribadian disebut nilai dari unsur itu. Ide
atau perasaan tersebut memainkan peranan pentingdalam mencetuskan dan
mengarahkan tingkah laku.
·
Daya Konstelasi Suatu Kompleks.
Nilai-nilai tak sadar harus
ditentukan dengan menilai “daya konstelasi unsur inti suatu kompleks“ yang
terdiri dari jumlah kelompok-kelompok item yang dihubungkan oleh unsur inti
kompleks. Jung membicarakan tiga metode yang dapat dipakai untuk menaksir daya
konstelasi unsur inti :
1) Observasi langsung plus deduksi-deduksi analitik. Melalui
observasi dan inferensi kita dapat mengestimasikan jumlah asosiasi yang terikat
pada suatu unsur inti.
2) Indikator-indikator kompleks. Indikator kompleks adalah suatu
gangguan tingkah laku yang menunjukkan adanya kompleks.
3) Intensitas ungkapan emosi. Intensitas reaksi emosi seseorang
terhadap suatu situasi merupakan ukuran lain tentang kekuatan suatu kompleks.
2. Prinsip Ekuivalensi
Prinsip ekuivalensi menyatakan
bahwa jika energi dikeluarkan untuk menghasilkan suatu kondisi tertentu, maka
jumlah yang dikeluarkan itu akan muncul di satu tempat lain dlam sistem.
Prinsip ini menyatakan bahwa jika suatu nilai tetentu melemah atau menghilang,
maka jumlah energi yang diwakili oleh nilai itu tidak akan hilang dari psikhe
tetapi akan muncul kembali dalam suatu nilai baru. Surutnya suatu nilai sudah
pasti berarti munculnya suatu nilai lain. Misalnya ego, maka energi itu akan
muncul pada suatu sistem lain, mungkin persona. Atau jika makin banyak nilai
direpresikan ke dalam sisi bayang-bayang kepribadian, maka nilai itu akan
tumbuh kuat dengan mengorbankan struktur-struktur lain dalam kepribadian.
·
Prinsip Entropi
Prinsip entropi menyatakan
bahwa distribusi energi dalam psikhe mencari ekuilibrium atau keseimbangan.
Jung menyatakan bahwa realisasi diri adalah tujuan dari perkembangan psikis
maksudnya antara lain adalah bahwa dinamika kepribadian bergerak ke arah suatu keseimbangan
daya-daya yang sempurna.
·
Penggunaan Energy
Seluruh energi psikis yang
tersedia untuk kepribadian digunakan untuk dua tujuan umum. Sebagian
diantaranya dipakai untuk melakukan pekerjaan yang perlu untuk memelihara
kehidupan dan untuk pembiakan spesies.
F. Perkembangan
Kepribadian
1. Kausalitas versus Teleologi
Ide tentang tujuan yang
membimbing dan mengarahkan nasib manusia pada haikikatnya merupakan penjelasan
teleologis dan penjelasan finalistis. Pandang kausalitas menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa
sekarang ini adalah akibat atau hasil pengaruh dari keadaan atau sebab
sebelumnya. Masa sekarang tidak hanya ditentukan oleh masa lampau (kausalitas)
tetapi juga ditentukan oleh masa depan (teleologi).
2. Sinkronisitas
Gejala-gejala sinkronistik bisa
dijelaskan berdasarkan hakikat arkhetipe-arkhetipe. Arkhetipe dikatakan
bersifat psychoid yakni bersifat psikologis dan fisik sekaligus. Akibatnya,
arkhetipe dapat membawa ke dalam kesadaran suatu gambaran jiwa tentang
peristiwa fisik meskipun tidak ada persespi langsung terhadap peristiwa fisik
tersebut. Arkhetipe tidak menyebabkan dua peristiwa, tetapi ia memiliki suatu
kualitas yang memungkinkan sinkronisitas itu terjadi. Prinsip sinkronisitas
kiranya akan memperbaiki pandangan bahwa pikiran menyebabkan materialisasi atau
terjadinya hal-hal yang dipikirkan.
3. Hereditas
Hereditas berkenaan dengan
insting-insting biologis yang menjalankan fungsi pemeliharaan diri dan
reproduksi. Insting merupakan dorongan batiniah untuk bertindak dengan cara
tertentu, bila timbul suatu keadaan jaringan tertentu. Pandangan Jung tentang
insting-insting tidak berbeda dengan pandangan yang dikemukakaan oleh biologi
modern ( Jung. 1929, 1948c ). Disamping warisan insting-insting biologis
terdapat juga “pengalaman-pengalaman“ leluhur. Pengalaman-pengalaman ini,
diwariskan dalam bentuk arkhetipe-arkhetipe.
4. Tahap-tahap perkembangan
Dalam tahun-tahun yang paling
awal, libido di salurkan dalam kegiatan-kegiatan yang diperlukan supaya tetap
hidup. Sebelum usia lima tahun, nilai-nilai seksual mulai tampak dan mencapai
puncaknya selama masa adolesen. Dalam masa muda seseorang dan awal tahun-tahun
dewasa, insting-insting kehidupan dasar dan proses-proses vital meningkat.
Ketika individu mencapai usia
30-an atau awal 40-an terjadi perubahan nilai yang radikal. Orang yang berusia
setengah baya menjadi lebih introvet dan kurang implusif. Kebijaksanaan dan
kecerdasan menggantikan gairah fisik dan kejiwaan. Orang menjadi lebih
spiritual. Peralihan ini merupakan peristiwa yang sangat menentukan dalam
kehidupan seseorang. Ia merupakan saat yang paling berbahaya, karena kalau
terjadi ketidakberesan selama perpindahan energi ini, kepribadian bisa menjadi
lumpuh selamanya.
5. Progresi dan Regresi
Perkembangan dapat mengikuti
gerak maju, progesif, atau gerak mundur, regresif. Progresi oleh Jung
dimaksudkan bahwa ego sadar menyesuaikan diri sendiri secara memuaskan baik
terhadap tuntutan-tuntutan lingkungan luar maupun terhadap kebutuhan-kebutuhan
ketidaksadaran. Dalam progesi yang normal, daya-daya yang berlawanan
dipersatukan dalam suatu arus proses psikis yang terkoordinasi dan harmonis.
6. Proses individuasi
Perkembangan adalah mekarnya
kebulatan asli yang tidak berdiferensiasi yang dimiliki manusia pada saat
dilahirkan. Tujuan terakhir pemekaran ini adalah realisasi diri. Untuk memiliki
kepribadian yang sehat dan terintegrasi, setiap sistem harus dibiarkan mencapai
tingkat diferensiasi, perkembangan, dan pengungkapan yang paling penuh. Proses
untuk mencapai ini disebut proses individuasi ( Jung, 1939, 1950 ).
7. Fungsi transenden
Apabila keanekaragaman telah
dicapai lewat proses indiiduasi, maka sistem-sistem yang berdiferensiasi itu
kemudian diintegrasikan oleh fungsi transenden ( Jung, 1916b ).
8. Sublimasi dan represi
Sublimasi bersifat progesif,
represi bersifat regresif. Sublimasi menyebabkan psikhe bergerak maju,
sedangakan represi menyebabkan psikhe bergerak mundur. Sublimasi menghasilkan
rasionalitas, sedangkan represi menghasilkan irasionalitas. Sublimasi bersifat
integratif sedangkan represi bersifat disintegratif.
9. Perlambangan
Lambang dalam psikologi Jungian
mempunyai dua fungsi utama. Lambang merupakan usaha untuk memuaskan impuls
instingtif yang terhambat, di lain pihak lambang merupakan perwujudan bahan
arkhetipe. Lambang-lambang adalah bentuk representasi psikhe. Lambang-lambang
tidak hanya mengungkapkan khazanah kebijaksanan umat manusia yang diperoleh
secara rasial dan individual, tetapi lambang-lambang itu juga menggambarkan
tingkat-tingkat perkembangan yang jauh mendahului perkembangan manusia
sekarang.
G. Kritik Terhadap Pendekatan Jung
Jung telah diserang oleh para
psikoanalisis beraliran Freudian, mulai dengan Freud sendiri. Ernest Jones
(1959) berpendapat bahwa sesudah Jung melakukan “penelitian-penelitian besarnya
tentang asosiasi dan dementina praecox, maka ia jatuh ke dalam filsafat semu,
dari mana ia tidak pernah keluar lagi” (hlm. 165) Glover (1950, psikoanalisis
dari Inggris, melontarkan serangan yang mungkin paling menyeluruh terhadap
psikologi analitik. Ia menertawakan konsep arkhetipe-arkhetipe sebagai bersifat
metafisik dan tidak dapat dibuktikan. Ia yakin bahwa arkhetipe-arkhetipe dapat
di terangkan semata-mata berdasarkan pengalaman, dan bahwa mempostulasikan
pewarisan ras adalah absurd. Glover berkata bahwa Jung tidak memiliki
konsep-konsep perkembangan yang menerangkan pertumbuhan jiwa. Akan tetapi,
kritik terpenting dari Glover dan merupakan salah satu kritik yang di
tegaskannya berkali-kali ialah bahwa psikologi Jung mundur kembali kepada psikologi
kesadaran yang ketinggalan zaman. Ia menuduh Jung mematahkan konsep Freud
tentang ketidaksadaran dan menggantikannya dengan menciptakan ego sadar. Glover
tidak berpura-pura netral ataau tidak memihak dalam evaluasinya terhadap
pskologi Jung. (untuk perbandingan lain antara pandangan Freud dan Jung, lihat
Gray, 1949; juga Dry 1961). Selesnick (1963) menyatakan bahwa Jung selama
bersatu dengan Freud, telah mempengaruhi pemikiran Freud dalam beberapa hal
yang penting.
Teori Jung banyak menyentuh
dunia religious, baik memakai pandangan agama untuk memahami kehidupan jiwa
manusia, atau sebaliknya memakai pendekatan fenomenologik daripsikologi untuk
memahami agama. Teori Jung masih bersifat konsep-konsep yang membutuhkan banyak
hipotesi dan uji eksperiman. Fikiran-fikiran dan konsep-konsep Jung yang
orisinil dan berani dalam mengungkap isi-isi jiwa manusia, setara dengan karya
Freud.
Jung di kritik dalam pemakaian
metoda riset komparatif, pengabaian kontrol dalam eksperimen, dan konsepnya
mengenai taksadar kolektif, bersifat spekulatif. Teorinya dikembangkan dari
pengalaman-pengalaman pribadi, seperti halusinasi, depresi – keinginan bunuh
diri, dan agresi, sukar di buktikan secara ilmiah. Ketertarikan/keterlibatannya
dengan okultisme, agama dan mintologi, membuat semakin jauh dari analisis
ilmiah.
Daftar
Pustaka :
Calvin,
S. Hall dan Gardner Lindzey. Teori-teori Psikodinamik (klinis). Yogyakarta:
Kanisius, 1993.
Comments
Post a Comment