Opini Soal Penolakan Pembangunan Gereja Santa Clara
Tadi saya membaca berita tentang "Ini Alasan Massa Tolak Pembangunan Gereja Santa Clara". Banyak hal yang disampaikan di berita tersebut dan yang saya tangkap, mereka (massa) menolak pembangunan Gereja Santa Clara dikarenakan Gereja tersebut di bangun di daerah yang mayoritas penduduknya adalah muslim. "Kita tidak melarang adanya pembangunan gereja tapi mohon pembangunan
gereja jangan di tempat yang mayoritas dihuni umat Muslim,ujar
Koordinator Aksi Majelis Silaturahim Umat Islam Bekasi (MSUIB), Ustadz
Iman Faturohman, Jumat (24/3)." disini saya hanya ingin bertanya, Jika memang pembangunan Gereja tersebut di larang hanya karena penduduk sekitar mayoritas muslim lalu, mereka harus membangun Gereja dimana?. Indonesia sendiri mayoritas penduduknya muslim. Agama lain yang minoritas untuk membangun rumah ibadah saja dipersulit bahkan di larang. Apakah mereka harus membangun Gereja di luar negeri sehingga tidak menyakiti hati umat muslim?.
Gereja di bangun sangat megah tetapi itu malah membuat "umat muslim" sakit hati. Jemaat Gereja walaupun hanya minoritas tetpi mereka memberikan tempat yang terbaik untuk Tuhan dan untuk mereka sendiri. Tempat yang megah dan nyaman membuat mereka lebih nyaman saat ibadah. Lebih lanjut dia mengatakan, struktur bangunan yang sudah tampak saat ini, pihak gereja akan membangun tiga lantai. "Bisa menjadi gereja yang sangat besar. Mungkin bisa lebih tiga lantai. Hal ini, sangat menyakiti umat Islam. Minoritas yang jumlahnya sangat kecil sekali tapi mayoritas yang umat Muslim banyak, gereja tersebut berdiri dengan megahnya dengan beberapa lantai, ini kan menyakiti hati umat Islam," tegasnya.
Saya pernah punya pengalaman soal pembangunan Gereja. Dulu, kami beribadan di dalam rumah ibadah yang tidak lain adalah rumah jemaat kami sendiri. memang sempat terbesit keinginan untuk membangun Gereja. tetapi saat itu kami sangat dipersulit untuk membangun Gereja, yang disuruh minta tanda tangan warga, minta surat ijin ini, minta surat ijin itu dll. akhirnya kami tetap beribadah di rumah jemaat seperti dulu. Padahal di desa saya sendiri setidaknya 1 Rt memiliki 1 masjid besar dan 2 bahkan lebih mushola. Itupun banyak yang tidak terawat.

Saya sering bertanya tanya, apakah ini tujuan dari semboyan Negara kita tercinta ini? " Bhinneka Tunggal Ika" yang berarti Berbeda beda tetapi tetap satu. Mungkin semboyan ini harus di ralat kembali, karena pada kenyataannya rakyat Indonesia yang berbeda beda tidak pernah bersatu.
Saya berharap, kejadian seperti ini tidak ada lagi di Indonesia. Sayang sekali jika rakyat indonesia beraneka ragam tetapi tidak bersatu.
Sumber:
http://www.beritasatu.com/hukum-kriminalitas/421380-ini-alasan-massa-tolak-pembangunan-gereja-santa-clara.html
Gereja di bangun sangat megah tetapi itu malah membuat "umat muslim" sakit hati. Jemaat Gereja walaupun hanya minoritas tetpi mereka memberikan tempat yang terbaik untuk Tuhan dan untuk mereka sendiri. Tempat yang megah dan nyaman membuat mereka lebih nyaman saat ibadah. Lebih lanjut dia mengatakan, struktur bangunan yang sudah tampak saat ini, pihak gereja akan membangun tiga lantai. "Bisa menjadi gereja yang sangat besar. Mungkin bisa lebih tiga lantai. Hal ini, sangat menyakiti umat Islam. Minoritas yang jumlahnya sangat kecil sekali tapi mayoritas yang umat Muslim banyak, gereja tersebut berdiri dengan megahnya dengan beberapa lantai, ini kan menyakiti hati umat Islam," tegasnya.
Saya pernah punya pengalaman soal pembangunan Gereja. Dulu, kami beribadan di dalam rumah ibadah yang tidak lain adalah rumah jemaat kami sendiri. memang sempat terbesit keinginan untuk membangun Gereja. tetapi saat itu kami sangat dipersulit untuk membangun Gereja, yang disuruh minta tanda tangan warga, minta surat ijin ini, minta surat ijin itu dll. akhirnya kami tetap beribadah di rumah jemaat seperti dulu. Padahal di desa saya sendiri setidaknya 1 Rt memiliki 1 masjid besar dan 2 bahkan lebih mushola. Itupun banyak yang tidak terawat.

Saya sering bertanya tanya, apakah ini tujuan dari semboyan Negara kita tercinta ini? " Bhinneka Tunggal Ika" yang berarti Berbeda beda tetapi tetap satu. Mungkin semboyan ini harus di ralat kembali, karena pada kenyataannya rakyat Indonesia yang berbeda beda tidak pernah bersatu.
Saya berharap, kejadian seperti ini tidak ada lagi di Indonesia. Sayang sekali jika rakyat indonesia beraneka ragam tetapi tidak bersatu.
Ini Alasan Massa Tolak Pembangunan Gereja Santa Clara
Massa yang menolak pembangunan Gereja Santa Clara karena di Bekasi Utara. (Beritasatu Photo/ Mikael Niman)
Bekasi - Massa yang menolak
pembangunan Gereja Santa Clara, Bekasi Utara, Kota Bekasi,
mengungkapkan alasan mereka menolak pembangunan gereja tersebut.
Alasannya karena Bekasi Utara dihuni mayoritas umat Muslim dan adanya
rencana pembangunan gereja terbesar se-Asia tersebut dianggap melukai
perasaan umat Islam.
"Pertama, Bekasi Utara dihuni mayoritas umat Muslim, banyak pondok pesantren dan belum pantas berdirinya gereja. Jangan ada pembangunan gereja di lingkungan yang mayoritas dihuni umat Muslim. Kedua, ada pertemuan win-win solution yang menyatakan bahwa pembangunan gereja dilakukan di tempat lain, jangan di lokasi ini (Bekasi Utara). Ini sama saja menyakiti umat Islam.
Kita tidak melarang adanya pembangunan gereja tapi mohon pembangunan gereja jangan di tempat yang mayoritas dihuni umat Muslim," ujar Koordinator Aksi Majelis Silaturahim Umat Islam Bekasi (MSUIB), Ustadz Iman Faturohman, Jumat (24/3).
Lebih lanjut dia mengatakan, struktur bangunan yang sudah tampak saat ini, pihak gereja akan membangun tiga lantai. "Bisa menjadi gereja yang sangat besar. Mungkin bisa lebih tiga lantai. Hal ini, sangat menyakiti umat Islam. Minoritas yang jumlahnya sangat kecil sekali tapi mayoritas yang umat Muslim banyak, gereja tersebut berdiri dengan megahnya dengan beberapa lantai, ini kan menyakiti hati umat Islam," tegasnya.
Tuntutannya, sambung dia, hanya ingin menjawab, "Kok umat Islam enggak ada suaranya. Umat Islam sudah setuju pendirian Gereja Santa Clara? ini kan tidak benar, makanya kita melakukan aksi penolakan pembangunan gereja," imbuhnya.
Dia mengisahkan, sudah ada kesepakatan pada 10 Agustus 2015 antara alim ulama, Pemkot Bekasi, pihak gereja dan pihak lainnya bahwa tidak akan ada aksi unjuk rasa dan kelanjutan pembangunan gereja.
"Ini semua berjalan sesuai dengan kesepakatan bersama, namun mereka yang memulai duluan. Mereka (jemaat gereja) yang melanggar kesepakatan. Ini muncul sebagai wujud bahwa kita masih menolak pembangunan gereja. Kita ikuti kesepakatan yang sudah ada, justru kesepakatan ini dilanggar oleh mereka yang di back up oleh pihak Pemkot," imbuhnya.
Massa MSUIB ingin bertemu dengan Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi, namun rencana itu belum terealisasi. "Kita juga susah bertemu dengan Pak Wali Kota, ini aksi yang keempat, untuk diberi ruang untuk bertemu dengan wali kota atau pihak terkait sehingga kita bisa melakukan diskusi yang lebih kondusif," ungkapnya.
Terkait dengan tudingan manipulasi tanda tangan dukungan warga dalam persyaratan pendirian rumah ibadah, kata dia, pihaknya sudah memiliki bukti.
"Hampir ada 20 orang yang membuat surat keterangan, mencabut dukungan atas pemalsuan data, pembangunan gereja. Ada yang bilang, enggak tahu apa-apa diberi surat kosong, disuruh tanda tangan tiba-tiba dibilang menyetujui pembangunan gereja. Lalu ada KTP mereka yang tiba-tiba sudah ada di panita gereja. Ini dari mana? warga merasa dibohongi," imbuhnya.
Dia menegaskan, pihaknya sudah ada upaya untuk melaporkan ke pihak kepolisian. "Kita akan terus melakukan aksi ini hingga Pemerintah Kota Bekasi mengabulkan permintaan kita," pungkasnya.
Sekitar pukul 17.30 WIB massa membubarkan diri. Jalan Raya Lingkar Utara berangsur kembali normal dan dibuka bagi pengguna jalan.
"Pertama, Bekasi Utara dihuni mayoritas umat Muslim, banyak pondok pesantren dan belum pantas berdirinya gereja. Jangan ada pembangunan gereja di lingkungan yang mayoritas dihuni umat Muslim. Kedua, ada pertemuan win-win solution yang menyatakan bahwa pembangunan gereja dilakukan di tempat lain, jangan di lokasi ini (Bekasi Utara). Ini sama saja menyakiti umat Islam.
Kita tidak melarang adanya pembangunan gereja tapi mohon pembangunan gereja jangan di tempat yang mayoritas dihuni umat Muslim," ujar Koordinator Aksi Majelis Silaturahim Umat Islam Bekasi (MSUIB), Ustadz Iman Faturohman, Jumat (24/3).
Lebih lanjut dia mengatakan, struktur bangunan yang sudah tampak saat ini, pihak gereja akan membangun tiga lantai. "Bisa menjadi gereja yang sangat besar. Mungkin bisa lebih tiga lantai. Hal ini, sangat menyakiti umat Islam. Minoritas yang jumlahnya sangat kecil sekali tapi mayoritas yang umat Muslim banyak, gereja tersebut berdiri dengan megahnya dengan beberapa lantai, ini kan menyakiti hati umat Islam," tegasnya.
Tuntutannya, sambung dia, hanya ingin menjawab, "Kok umat Islam enggak ada suaranya. Umat Islam sudah setuju pendirian Gereja Santa Clara? ini kan tidak benar, makanya kita melakukan aksi penolakan pembangunan gereja," imbuhnya.
Dia mengisahkan, sudah ada kesepakatan pada 10 Agustus 2015 antara alim ulama, Pemkot Bekasi, pihak gereja dan pihak lainnya bahwa tidak akan ada aksi unjuk rasa dan kelanjutan pembangunan gereja.
"Ini semua berjalan sesuai dengan kesepakatan bersama, namun mereka yang memulai duluan. Mereka (jemaat gereja) yang melanggar kesepakatan. Ini muncul sebagai wujud bahwa kita masih menolak pembangunan gereja. Kita ikuti kesepakatan yang sudah ada, justru kesepakatan ini dilanggar oleh mereka yang di back up oleh pihak Pemkot," imbuhnya.
Massa MSUIB ingin bertemu dengan Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi, namun rencana itu belum terealisasi. "Kita juga susah bertemu dengan Pak Wali Kota, ini aksi yang keempat, untuk diberi ruang untuk bertemu dengan wali kota atau pihak terkait sehingga kita bisa melakukan diskusi yang lebih kondusif," ungkapnya.
Terkait dengan tudingan manipulasi tanda tangan dukungan warga dalam persyaratan pendirian rumah ibadah, kata dia, pihaknya sudah memiliki bukti.
"Hampir ada 20 orang yang membuat surat keterangan, mencabut dukungan atas pemalsuan data, pembangunan gereja. Ada yang bilang, enggak tahu apa-apa diberi surat kosong, disuruh tanda tangan tiba-tiba dibilang menyetujui pembangunan gereja. Lalu ada KTP mereka yang tiba-tiba sudah ada di panita gereja. Ini dari mana? warga merasa dibohongi," imbuhnya.
Dia menegaskan, pihaknya sudah ada upaya untuk melaporkan ke pihak kepolisian. "Kita akan terus melakukan aksi ini hingga Pemerintah Kota Bekasi mengabulkan permintaan kita," pungkasnya.
Sekitar pukul 17.30 WIB massa membubarkan diri. Jalan Raya Lingkar Utara berangsur kembali normal dan dibuka bagi pengguna jalan.
Mikael Niman/YUD
Suara Pembaruan
Sumber:
http://www.beritasatu.com/hukum-kriminalitas/421380-ini-alasan-massa-tolak-pembangunan-gereja-santa-clara.html
Udh ga kaget sih kl pemerintah seperti itu. Kita org kristiani mah d ajarinny buat ngucap syukur. Gaboleh bangun gereja senyum, dilarang ini itu tetep senyum. Jd skrg ya mngucap syukur smbil terheran2��
ReplyDelete