Pengertian coping dan Jenis – jenis coping (koping) stres
Ø Definisi Coping :
Strategi coping merupakan suatu upaya indivdu untuk
menanggulangi situasi stres yang menekan akibat masalah yang dihadapinya dengan
cara melakukan perubahan kogntif maupun prilaku guna memperoleh rasa aman dalam
dirinya sendiri.
Coping yang efektif umtuk
dilaksanakan adalah coping yang membantu seseorang untuk
mentoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak merisaukan tekanan yang
tidak dapat dikuasainya (lazarus dan folkman).
Ø Jenis – jenis koping stres :
a. Koping psikologis
Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stress
psikologis tergantung pada dua factor yaitu:
1 . Bagaimana
persepsi atau penerimaan individu terhadap stressor, artinya seberapa berat
ancaman yang dirasakan oleh individu tersebut terhadap stressor yang
diterimanya.
2. Keefektifan
strategi koping yang digunakan oleh individu; artinya dalam menghadapi
stressor, jika strategi yang digunakan efektif maka menghasilkan adaptasi yang
baik dan menjadi suatu pola baru dalam kehidupan, tetapi jika sebaliknya dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan fisik maupun psikologis.
b. Koping psiko-sosial
Yang biasa dilakukan individu dalam koping
psiko-sosial adalah, menyerang, menarik diri dan kompromi.
1.
Perilaku menyerang
Individu menggunakan energinya untuk melakukan perlawanan dalam rangka
mempertahan integritas pribadinya. Prilaku yang ditampilkan dapat merupakan
tindakan konstruktif maupun destruktif. Destruktif yaitu tindakan agresif (menyerang)
terhadap sasaran atau objek dapat berupa benda, barang atau orang atau bahkan
terhadap dirinya sendiri. Sedangkan sikap bermusuhan yang ditampilkan adalah
berupa rasa benci, dendam dan marah yang memanjang. Sedangkan tindakan
konstruktif adalah upaya individu dalam menyelesaikan masalah secara asertif.
Yaitu mengungkapkan dengan kata-kata terhadap rasa ketidak senangannya.
2. Perilaku menarik
diri
Menarik diri adalah prilaku yang menunjukkan
pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain, jadi secara fisik dan
psikologis individu secara sadar meninggalkan lingkungan yang menjadi sumber
stressor misalnya ; individu melarikan diri dari sumber stress, menjauhi sumber
beracun, polusi, dan sumber infeksi. Sedangkan reaksi psikologis individu menampilkan
diri seperti apatis, pendam dan munculnya perasaan tidak berminat yang menetap
pada individu.
3. Kompromi
Kompromi adalah merupakan tindakan konstruktif yang
dilakukan oleh individu untuk menyelesaikan masalah, lazimnya kompromi
dilakukan dengan cara bermusyawarah atau negosiasi untuk menyelesaikan masalah
yang sedang sihadapi, secara umum kompromi dapat mengurangi ketegangan dan
masalah dapat diselesaikan.
Kaitan antara
koping dengan mekanisme pertahanan diri (defense mechanism), ada ahli yang melihat
defense mechanism sebagai salah satu jenis koping (Lazarus, 1976). Ahli lain
melihat antara koping dan mekanisme pertahanan diri sebagai dua hal yang
berbeda. (Harber dan Runyon, 1984).
· Lazarus membagi koping menjadi dua jenis yaitu:
1. Tindakan langsung (direct
Action)
Koping jenis ini adalah setiap usaha tingkah laku yang
dijalankan ole individu untuk mengatasi kesakitan atau luka, ancaman atau
tantangan dengan cara mengubah hubungan hubunngan yang bermasalah dengan
lingkungan. Individu menjalankan koping jenis direct action atau tindakan
langsung bila dia melakukan perubahan posisi terhadap masalah yang dialami.
Ada 4 macam koping jenis tindakan langsung :
a. Mempersiapkan
diri untuk menghadapi luka
Individu melakukan langkah aktif dan antisipatif
(bereaksi) untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya dengan cara menempatkan
diri secara langsung pada keadaan yang mengancam dan melakukan aksi yang sesuai
dengan bahaya tersebut. Misalnya, dalam rangka menghadapi ujian, Tono lalu mempersiapkan
diri dengan mulai belajar sedikit demi sedikit tiap-tiap mata kuliah yang
diambilnya, sebulan sebelum ujian dimulai. Ini dia lakukan supaya prestasinya
baik disbanding dengan semester sebelumnya, karena dia hanya mempersiapkan diri
menjelang ujian saja. Contoh dari koping jenis ini lainnya adalah imunisasi.
Imunisasi merupakan tindakan yang dilakukan oleh orang tua supaya anak mereka
menjadi lebih kebal terhadap kemungkinan mengalami penyakit tertentu.
b. Agresi
Agresi adalah tindakan yang dilakukan oleh individu
dengan menyerang agen yang dinilai mengancam atau akan melukai. Agresi
dilakukan bila individu merasa atau menilai dirinya lebih kuat atau berkuasa
terhadap agen yang mengancam tersebut. Misalnya, tindakan penggusuran yang
dilakuakan oleh pemerintah Jakarta terhadap penduduk yang berada dipemukiman
kumuh. Tindakan tersebut bias dilakukan karena pemerintah memilki kekuasaan
yang lebih besar disbanding dengan penduduk setempat yang digusur.
Agresi juga sering dikatakan sebagai kemarahan yang
meluap-luap, dan orang yang melalakukan serangan secara kasar, dengan jalan
yang tidak wajar. Karena orang selalu gagal dalam usahanya, reaksinya sangat
primitive, berupa kemarahan dan luapan emosi kemarahan dan luapan emosi
kemarahan yang meledak-meledak. Kadang-kadang disertai prilaku kegilaan, tindak
sadis, dan usaha membunuh orang.
Agresi ialah seseperti reaksi terhadap frustasi,
berupa seranngan, tingkah laku bermusuhan terhadap orang atau benda.
Kemarahan-kemarahan semacam ini pasti menggangu frustasi
intelegensi, sehingga harga diri orang yang bersangkutan jadi merosot
disebabkan oleh tingkah lakunya yang agresif berlebih-lebihan tadi. Seperti
tingkah laku yang suka mentolerir orang lain, berlaku sewenang-wenang dan sadis
terhadap pihak-pihak yang lemah, dan lain-lain.
c. Penghindaran
(Avoidance)
Tindakan ini terjadi bila agen yang mengancam dinilai
lebih berkuasa dan berbahaya sehingga individu memilih cara menghindari atau
melarikan diri dari situasi yang mengancam. Misalnya, penduduk yang melarikan
diri dari rumah-rumah mereka karena takut akan menjadi korban pada
daerah-daerah konflik seperti aceh.
d. Apati
Jenis koping ini merupakan pola orang yang putus asa.
Apati dilakukan dengan cara individu yang bersangkutan tidak bergerak dan menerima
begitu saja agen yang melukai dan tidak ada usaha apa-apa untuk melawan ataupun
melarikan diri dari situasi yang mengancam tersebut. Misalnya, pada kerusuhan
Mei. Orang-orang Cina yang menjadi korban umumnya tutup mulut, tidak melawan
dan berlaku pasrah terhadap kejadian biadab yang menimpa mereka. Pola apati
terjadi bila tindakan baik tindakan mempersiapkan diri menghadapi luka, agresi
maupun advoidance sudah tidak memungkinkan lagi dan situasinya terjadi
berulang-ulang. Dalam kasus diatas, orang-orang cina sering kali dan
berulangkali menjadi korban ketika terjadi kerusuhan sehingga menimbilkan
reaksi apati dikalangan mereka.
2. Peredaan atau peringatan
(palliation)
Jenis koping ini mengacu pada mengurangi,
menghilangkan dan menoleransi tekanan-tekanan ketubuhan atau fisik, motorik
atau gambaran afeksi dan tekanan emosi yang dibangkitkan oleh lingkungan yang
bermasalah. Atau bisa diartikan bahwa bila individu menggunakan koping jenis
ini, posisinya dengan masalah relatif tidak berubah, yang berubah adalah diri
individu, yaitu dengan cara merubah persepsi atau reaksi emosinya.
· Ada 2 jenis koping peredaan atau palliation:
a. Diarahkan pada
gejala (Symptom Directid Modes)
Macam koping ini digunakan bila gangguan muncul dari
diri individu, kemudian individu melakukan tindakan dengan cara mengurangi
gangguan yang berhubungan dengan emosi-emosi yang disebabkan oleh tekanan atau
ancaman tersebut. Penggunaan obat-obatan terlarang, narkotika, merokok, alcohol
merupakan bentuk koping dengan cara diarahkan pada gejala. Namun tidak
selamanya cara ini bersifat negative. Melakukan relaksasi, meditasi atau berdoa
untuk mengatasi ketegangan juga tergolong kedalam symptom directed modes tetapt
bersifat positif.
b. Cara intra
psikis
Koping jenis peredaan dengan cara intrapsikis adalah
cara-cara yang menggunakan perlengkapan-perlengkapan psikologis kita, yang
biasa dikenal dengan istilah Defense Mechanism (mekanisme pertahanan diri).
Disebut sebagai defence mechanism atau mekanisme
pembelaan diri, karena individu yang bersangkutan selalu mencoba mengelak dan
membela diri dari kelemahan atau kekerdilan sendiri dan mencoba mempertahankan
harga dirinya: yaitu dengan jalan mengemukakan bermacam-macam dalih atau
alasan.
Ø Jenis-Jenis Coping yang Konstruktif dan Positif
a. Coping yang konstruktif
1) Escape
Usaha untuk menghilangkan stress dengan melarikan diri
dari masalah dan beralih pada hal-hal yang tidak baik, seperti merokok,
narkoba, dll.
2) Accepteance
Karena tidak ada lagi yang dapat memecahkan masalah,
maka lebih memilih pasrah dan menerimanya.
3) Avoidance
Individu berusaha menyanggah dan mengingkari serta
melupakan masalah-masalah yang ada pada dirinya.
4) Avoidant coping
Strategi yang dilakukan individu untuk menjauhkan diri
dari sumber stress dengan cara melakukan suatu aktivitas atau menarik diri dari
suatu kegiatan atau situasi yang berpotensi menimbulkan stress.
b. Coping yang positif
1) Active coping
Strategi yang dirancang untuk mengubah cara pandang
individu terhadap sumber stress.
2) Problem solving focused coping
Individu secara aktif mencari penyelesaian dari
masalah untuk mehilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stress.
3) Distancing
Usaha untuk menghindari permasalahan dan menutupinya
dengan pandangan yang positif dan menganggap remeh suatu masalah.
4) Planful problem solving
Individu membentuk suatu strategi dan perencanaan
menghilangkan dan mengatasi stress dengan melibatkan tindakan yang teliti,
hati-hati, bertahap, dan analitis.
5) Positive reappraisal
Usaha untuk mencari makna positif dari permasalahan
dengan pengembangan diri dan melibatkan hal-hal religi.
6) Self control
Suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara
menahan diri, mengatur perasaan, tidak tergesa-gesa dan hati hati dalam
mengambil tindakan.
7) Emotion focused coping
Melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam
penyesuaian diri dengan dampak yang ditimbulkan oleh kondisi yang penuh
tekanan.
8) Seeking social support
Suatu cara yang dilakukan individu dalam menghadapi
maslah dengan cara mencari dukungan sosial pada keluarga atau lingkungan
sekitar, berupa simpati atau perhatian.
9) Positive reinterpretation
respon dari individu dengan cara merubah dan
mengembangkan dalam kepribadiannya atau mencoba mengambil pandangan positif
dari sebuah masalah.
Menurut
Lazarus & Folkman (1986) stres memiliki memiliki tiga bentuk yaitu:
1. Stimulus,
yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stres
atau disebut juga dengan stressor.
2. Respon,
yaitu stres yang merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena
adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat secara
psikologis, seperti: jantung berdebar, gemetar, pusing, serta respon psikologis
seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi, dan mudah tersinggung.
3. Proses,
yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat
mempengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Rice (2002)
mengatakan bahwa stres adalah suatu kejadian atau stimulus lingkungan yang
menyebabkan individu merasa tegang. Atkinson (2000) mengemukakan bahwa stres
mengacu pada peristiwa yang dirasakan membahayakan kesejahteraan fisik dan
psikologis seseorang. Situasi ini disebut sebagai penyebab stres dan reaksi
individu terhadap situasi stres ini sebagai respon stres.
Berdasarkan
berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa stress merupakan suatu
keadaan yang menekan diri individu. Stress terjadi karena antara keinginan dan
harapan tidak sesuai. Stressor atau penyebab stress sendiri bisa terjadi karena
3 faktor yaitu:
- faktor eksternal atau lingkungan
- faktor internal (psikologis)
- faktor biologis
Jika stress
pada individu tidak tertangani maka bukan tidak mungkin stress tersebut akan
membuat orang menjadi frustasi. Tingkatan stress pada individu satu sama lain
pasti berbeda, individual differences tersebut yaitu adanya faktor jenis
kelamin, usia, tingkah laku, intelegensi, afeksi, budaya, dll. Karena stress
adalah hal yang alamiah maka bukanlah ketakutan berlebihan yang harus terjadi
ketika stress datang. Malah kita harus menjadikan stress sebagai tantangan
untuk kita agar kita bisa mengelola stress itu dengan baik karena jika stress
bisa dikelola dengan baik, stress tersebut akan bisa menjadi bermanfaat untuk
kehidupan kita. Cara mengatasi stress biasa disebut dengan Coping Stress. Apa
saja sih yang termasuk dalam jenis-jenis coping stress?
Individu
dari semua umur mengalami stres dan mencoba untuk mengatasinya. Karena
ketegangan fisik dan emosional yang menyertai stres menimbulkan ketidaknyaman,
seseorang menjadi termotivasi untuk melakukan sesuatu untuk mengurangi stres.
Hal-hal yang dilakukan bagian dari coping (dalam Jusung, 2006).
Sarafino
(2006) menambahkan bahwa coping adalah proses dimana individu melakukan
usaha untuk mengatur (management) situasi yang dipersepsikan adanya
kesenjangan antara usaha (demands) dan kemampuan (resources) yang
dinilai sebagai penyebab munculnya situasi stres. Menurut Sarafino (2006) usaha
coping sangat bervariasi dan tidak selalu dapat membawa pada solusi dari suatu
masalah yang menimbulkan situasi stres. Individu melakukan proses coping terhadap
stres melalui proses transaksi dengan lingkungan, secara perilaku dan kognitif.
Menurut
Lazarus dan Folkman, ada 2 jenis strategi coping stres, yaitu :
- Emotional-Focused Coping
Coping ini bertujuan untuk melakukan
kontrol terhadap respon emosional terhadap situasi penyebab stres, baik dalam
pendekatan secara behavioral maupun kognitif. Lazarus dan Folkman (1986)
mengemukakan bahwa individu cenderung menggunakan Emotional-Focused Coping ketika
individu memiliki persepsi bahwa stresor yang ada tidak dapat diubah atau
diatasi. Berikut adalah aspek-aspeknya:
- Self Control, merupakan suatu bentukdalam penyelesaian masalah dengan cara mengendalikan dri, menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil tindakan.
- Seeking Social Support (For Emotional Reason), adalah suatu cara yang dilakukan individu dalam menghadap masalahnya dengan cara mencari dukungan sosial pada keluarga atau lingkungan sekitar, bisa berupa simpati dan perhatian.
- Positive Reinterpretation, respon dari suatu individu dengan cara merubah dan mengembangkan dalam kepribadiannya, atau mencoba mengambil pandangan positif dari sebuah masalah (hikmah),
- Acceptance, berserah diri, individu menerima apa yang terjadi padanya atau pasrah, karena dia sudah beranggapan tiada hal yang bisa dilakukannya lagi untuk memecahkan masalahnya.
- Denial (avoidance), pengingkaran, suatu cara individu dengan berusaha menyanggah dan mengingkari dan melupakan masalah-masalah yang ada pada dirinya
2.
Problem-Focused Coping,
Coping ini bertujuan untuk mengurangi
dampak dari situasi stres atau memperbesar sumber daya dan usaha untuk
menghadapi stres. Lazarus dan Folkman (1986) mengemukakan bahwa individu
cenderung menggunakan Problem Focused Coping ketika individu memiliki
persepsi bahwa stressor yang ada dapat diubah. Aspek-aspek yang digunakan
individu, yaitu :
- Distancing , ini adalah suatu bentuk coping yang sering kita temui, yaitu usaha untuk menghindar dari permasalahan dan menutupinya dengan pandangan yang positf, dan seperti menganggap remeh/lelucon suatu masalah .
- Planful Problem Solving, atau perencanaan, individu membentuk suatu strategi dan perencanaan menghilangkan dan mengatasi stress, dengan melibatkan tindakan yang teliti, berhati-hati, bertahap dan analitis.
- Positive Reapraisal, yaitu usah untuk mencar makna positif dari permasalahan dengan pengembangan diri, dan stategi ini terkadang melibatkan hal-hal religi.
- Self Control, merupakan suatu bentukdalam penyelesaian masalah dengan cara menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil tindakan.
- Escape, usaha untuk menghilangkan stress dengan melarikan diri dari masalah, dan beralih pada hal-hal lain, seperti merokok, narkoba, makan banyak dll.
Teori Kepribadian Sehat menurut Allport dan Carl
Rogers
1. Allport
Menurut Allport, individu-individu yang sehat dikatakan mempunyai fungsi yang baik pada tingkat rasional dan sadar. Menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu juga. Kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma-trauma dan konflik-konflik masa kanak-kanak. Dimana orang-orang yang neurotis terikat dan terjalin erat pada pengalaman-pengalamanmasa kanak-kanak, berbeda dengan orang-orang yang sehat yang bebas dari paksaan-paksaan masa lampau. Pandangan orang sehat adalah ke depan, kepada peristiwa-peristiwa kontemporer dan peristiwa-peristiwa yang akan datang, dan tidak mundur kembali kepada peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak. Segi pandangan yang sehat ini memberi jauh lebih banyak kebebasan dalam memilih dan bertindak. Orang yang matang dan sehat juga akan terus menerus membutuhkan motif-motif kekuatan dan daya hidup yang cukup untuk menghabiskan energi-energinya. Pada tahap perkembangan manapun, setiap individu harus menemukan minat-minat dan impian-impian baru. Energi tersebut harus diarahkan pada setiap tahap agar mencapai suatu kepribadian yang sehat. Contohnya seorang remaja membutuhkan penyaluran-penyaluran atas energinya agar terhindar dari kepribadian yang tidak sehat. Energi itu harus menemukan jalan keluar, dan apabila energi tidak diungkapkan secara konstruktif maka mungkin energi akan dilepaskan secara destruktif. Dimana beberapa anak yang
kekurangan tujuan-tujuan yang berarti dan konstruktif untuk menghabiskan energi mereka, menyebabkan masalah kenakalan. Dorongan yang bersifat konstruktif adalah sangat penting bagi orang-orang yang sehat secara psikologis. Orang-orang yang demikian mengejar secara aktif tujuan-tujuan, harapan-harapan, dan impian-impian, dan kehidupan mereka dibimbing oleh suatu perasaan akan maksud, dedikasi, dan komitmen. Pengejaran terhadap suatu tujuan tidak pernah berakhir; apabila suatu tujuan harus dibuang, maka suatu motif yang baru harus cepat dibentuk. Orang yang sehat melihat ke masa depan dan hidup dalam masa depan.
Menurut Allport, individu-individu yang sehat dikatakan mempunyai fungsi yang baik pada tingkat rasional dan sadar. Menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu juga. Kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma-trauma dan konflik-konflik masa kanak-kanak. Dimana orang-orang yang neurotis terikat dan terjalin erat pada pengalaman-pengalamanmasa kanak-kanak, berbeda dengan orang-orang yang sehat yang bebas dari paksaan-paksaan masa lampau. Pandangan orang sehat adalah ke depan, kepada peristiwa-peristiwa kontemporer dan peristiwa-peristiwa yang akan datang, dan tidak mundur kembali kepada peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak. Segi pandangan yang sehat ini memberi jauh lebih banyak kebebasan dalam memilih dan bertindak. Orang yang matang dan sehat juga akan terus menerus membutuhkan motif-motif kekuatan dan daya hidup yang cukup untuk menghabiskan energi-energinya. Pada tahap perkembangan manapun, setiap individu harus menemukan minat-minat dan impian-impian baru. Energi tersebut harus diarahkan pada setiap tahap agar mencapai suatu kepribadian yang sehat. Contohnya seorang remaja membutuhkan penyaluran-penyaluran atas energinya agar terhindar dari kepribadian yang tidak sehat. Energi itu harus menemukan jalan keluar, dan apabila energi tidak diungkapkan secara konstruktif maka mungkin energi akan dilepaskan secara destruktif. Dimana beberapa anak yang
kekurangan tujuan-tujuan yang berarti dan konstruktif untuk menghabiskan energi mereka, menyebabkan masalah kenakalan. Dorongan yang bersifat konstruktif adalah sangat penting bagi orang-orang yang sehat secara psikologis. Orang-orang yang demikian mengejar secara aktif tujuan-tujuan, harapan-harapan, dan impian-impian, dan kehidupan mereka dibimbing oleh suatu perasaan akan maksud, dedikasi, dan komitmen. Pengejaran terhadap suatu tujuan tidak pernah berakhir; apabila suatu tujuan harus dibuang, maka suatu motif yang baru harus cepat dibentuk. Orang yang sehat melihat ke masa depan dan hidup dalam masa depan.
2. Carl Rogers
Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun. Teori Rogers mirip dengan pendekatan Freud, namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata lain, Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara penyakit jiwa, kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah. Ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah–masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri. Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak-kanak seperti yang diajukan oleh aliran Freudian, misalnya toilet trainning, penyapihan ataupun pengalaman seksual sebelumnya. Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.
Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun. Teori Rogers mirip dengan pendekatan Freud, namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata lain, Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara penyakit jiwa, kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah. Ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah–masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri. Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak-kanak seperti yang diajukan oleh aliran Freudian, misalnya toilet trainning, penyapihan ataupun pengalaman seksual sebelumnya. Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.
Konsep diri adalah bagaimana seseorang memandang
dirinya sendiri yang terkadang akan berbeda dari pandangan orang lain. Atau
definisi konsep diri yang lainnya adalah gagasan mengenai diri sendiri yang
mencakup keyakinan, pandangan, serta penilaian seseorang terhadap dirinya
sendiri.
Jenis-jenis Konsep Diri, diantaranya sebagai berikut
ini.
Tanda-tanda seorang individu yang mempunyai konsep
diri positif adalah:
- Yakin akan kemampuannya dalam mengatasi berbagai masalah.
- Merasa setara dengan orang lain.
- Menerima pujian tanpa rasa malu.
- Menyadari bahwa setiap orang memilik perasaan, keinginan dan juga perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat.
- Dapat memperbaiki dirinya sendiri, sebab dia mampu mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan juga berusaha mengubahnya.
Tanda-tanda seorang individu yang memiliki konsep diri
negatif adalah :
- Peka terhadap kritik.
- Sangat responsif terhadap pujian.
- Cenderung bersikap hiperkritis.
- Cenderung merasa dirinya tidak disukai oleh orang lain.
- Cenderung bersikap selalu pesimis terhadap kompetisi.
Di bawah ini beberapa pengertian konsep diri menurut
para ahli :
- Menurut Burns [dalam Pudjijogyanti, 1993:2] konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri.
- Sedangkan menurut Cawagas [dalam Pudjijogyanti, 1993:2] konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisik, karakteristik pribadi, motivasi, kelemahan, kepandaian, kegagalan dan lain sebagainya.
- Dan menurut Rini [2004:1] konsep diri diartikan keyakinan, pandangan / penilaian seseorang terhadap dirinya.
·
Konsep diri bukanlah bawaan sejak lahir,
melainkan hasil dari belajar. Saat manusia mengenal lingkungan hidupnya, ketika
itu pula dia belajar berbagai hal-hal mengenai kehidupan. Berdasarkan
pengalaman hidupnya, seorang individu akan menetapkan konsep dirinya
berdasarkan berbagai macam faktor. Menurut E. B. Hurlock, seorang psikolog,
faktor – faktor tersebut adalah bentuk tubuh, cacat tubuh, pakaian, nama &
julukan, inteligensi kecerdasan, taraf aspirasi / cita-cita, emosi, jenis /
gengsi sekolah, status sosial, ekonomi keluarga, teman – teman, dan tokoh / orang
yang berpengaruh.
·
Jika berbagai faktor tersebut cenderung
menimbulkan perasaan yang positif (bangga, senang), maka muncullah akan konsep
diri yang positif. Pada masa anak-anak, seorang individu umumnya cenderung
menganggap benar apa saja yang dikatakan oleh orang lain. Jika seorang anak
merasa dia diterima, dihargai, dan dicintai maka anak tersebut akan menerima,
menghargai, dan juga mencintai dirinya (berkonsep diri yang positif). Dan
sebaliknya, jika orang-orang yang berpengaruh di sekelilingnya (orang tua,
guru, orang dewas, temannya, dll) ternyata meremehkan, merendahkannya,
mempermalukan, dan juga menolaknya, maka pengalaman itu akan disikapi dengan
negatif (memunculkan konsep diri yang negatif).
Comments
Post a Comment