Pengaruh Filsafat terhadap Perkembangan Psikologi Awal



Tumbuh dan berkembangnya Psikologi tak lepas dari pengaruh Filsafat Barat pada Yunani Kuno di abad  ke -4 dan ke-5 Sebelum Masehi. Orang yang pertama kali digelari sebagai filsuf pertama adalah Thales. Ia mengembangkan filsafat alam kosmologi yang mempertanyakan asal mula, sifat dasar dan struktur komposisi dari alam semesta.. Selanjutnya pertengahan abad ke-5 SM disebutkan sebagai masa keemasan filsafat Yunani. Ditandai dengan munculnya tokoh-tokoh besar seperti Socrates, Plato, Aristoteles.

Socrates mengajarkan ‘yang benar” dan “yang baik” sebagai nilai-nilai obyektif yang harus diterima dan dijunjung tinggi oleh semua orang. Metode yang dilakukan dalam menyampaikan ajarannya sering disebut sebagai metode kebidanan. Socrates mengajukan pertanyaan-pertanyaan  kepada siapa pun yang ditemui di jalan supaya ditampilkan pengetahuan tentang “yang benar” dan “yang baik”. 

Dibawah ini adalah  contoh  percakapan Socrates dengan seseorang:

Socrates :
“Apakah yang kamu cari dalam hidupmu ?”
Ssorg      :
“Kebahagiaan”
Socrates :
“Apakah makna kebahagiaan ?”
Ssorg      :
“Banyak uang dan makan enak”
Socrates :
“Ingatlah pengalaman dalam hidupmu”
“Pernahkah kamu punya uang banyak dan makan enak namun tidak bahagia?”
Ssorg     :     
“Ya pernah yaitu saat saya sakit, saat saya tidak memiliki teman”
“Kerap pula uang membuatku gelisah”
Socrates :
“Dengan demikian kebahagiaan bukan ditandai dengan uang dan makanan enak.” “Lalu ditandai apa?”
Ssrg        :
“Mungkin keaktifan.” “Saat saya bekerja dan bisa menghasilkan sesuatu saya merasa bahagia.”
Socrates  :
 “Benar teman…”
 “Lakukan apa yang kau yakini.”

Metode kebidanan yang berciri dialog dengan cara non directive mengajak orang untuk berpikir dalam menemukan kebenaran. Selanjutnya metode ini dikembangkan dalam metode instrospeksi pada psikologi demikian pula dalam pendekatan konseling  khususnya yang memakai teknik non directive seperti person centered. Semua yang diajarkan Socrates dilanjutkan Plato muridnya.

Plato mengajarkan konsep dualisme dengan metode dialog yang sama dengan Socrates. Menurutnya realitas seluruhnya terbagi atas dua “dunia” yaitu dunia yang hanya terbuka bagi rasio dan dunia yang hanya terbuka bagi pancaindera. Dunia pertama terdiri dari ide-ide yang hanya dikenal oleh  rasio. Misalnya ide tentang ”segitiga” hanya ada satu saja dan dapat dikenal oleh rasio. Sedangkan dunia kedua adalah dunia jasmani yang terbuka bagi pancaindera. Misalnya dengan indera kita bisa melihat berbagai bentuk segitiga (segitiga sama kaki, sama sisi, dll). Manusia termasuk kedua dunia tersebut karena ia mengenal keduanya (rasio, pancaindera). Dalam diri manusia digabungkan dua makhluk yang kodratnya sama sekali berlainan yaitu tubuh dan jiwa. Selain itu ia menerima juga praeksistensi jiwa artinya sebelum dilahirkan dalam tubuh jasmani, jiwa sudah berada dan memandang ide-ide. Sekarang jiwa merasa terkurung dalam tubuh dan senantiasa rindu akan kebahagiaan yang dinikmati sebelum dilahirkan. Pemikiran yang spekulatif ini membuat Plato disebut mengembangkan filsafat spekulatif. Selanjutnya pemikiran Plato ini  banyak mempengaruhi teori-teori psikologis yang mempertentangkan fisik dan psikis. 

Pemikiran Plato dilanjutkan Aristoteles dengan mengembangkan penalaran analitika dan dialektika. Penalaran analitika dipakai dengan berpangkal pada premis yang benar. Misalnya pembuatan analisa tentang “manusia adalah makhluk yang dapat berpikir”. Sedangkan penalaran dialektika berpangkal pada pangkal pikir yang belum pasti kebenarannya. Misalnya “mendung belum tentu diikuti hujan”. Oleh karenanya  Aristoteles disebut filsuf ilmu yang pertama. Aristoteles banyak memakai  penalaran untuk memahami masalah-masalah yang terdapat pada alam. Ia memiliki konsep yang berbeda tentang manusia. Disebutnya bahwa manusia merupakan kesatuan antara jiwa dan raga. Selanjutnya konsep ini dikembangkan untuk memahami keterkaitan fisik dan psikis dalam psikologi.

Setelah mulai beralih memasuki zaman Romawi kuno, para pemikir mencari keselarasan antara manusia dengan alam semesta. Keselarasan itu dapat tercapai bilamana manusia hidup sesuai dengan alam. Oleh karenanya salah seorang filsuf di jaman ini, Cicero, mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan tentang hidup.

Dalam abad tengah filsafat dianggap sebagai pengetahuan yang tertinggi. Namun kedudukan dan peranannya sebagai pelayan dari teologi. Kebenaran yang diterima oleh kepercayaan melalui wahyu tidak dapat ditentang oleh kebenaran filsafati yang dicapai dengan akal manusia.

Pada zaman modern sejak abad XIV sampai abad XVI terjadi perkembangan baru. Salah seorang filsuf di jaman ini, Rene Descartes, memperkenalkan metode matematik dan metode eksperimental untuk mempelajari alam. Selanjutnya metode ini banyak dikembangkan pada psikologi.

Dalam abad-abad selanjutnya filsafat berkembang melalui dua jalur. Jalur yang pertama adalah filsafat alam (natural philosophy) yang mempelajari benda dan peristiwa alamiah. Untuk membedakan secara tegas dengan filsafat alam itu maka bidang pengetahuan kedua yang menyangkut tujuan dan kewajiban manusia seperti etika, politik, dan psikologi disebut filsafat moral selama abad XVII – XVIII. Sebutan itu kemudian dirasa terlampau sempit dan diperluas menjadi filsafat mental dan moral.

                                     













Daftar Pustaka


Bertens, K., 1975, Ringkasan Sejarah Filsafat, 1975, Yogyakarta, Kanisius
Gie, T.L., 1991, Pengantar Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Liberty

Comments

Popular Posts